Nomor Kendaraan DD Warisan Belanda

MAKASSAR – Apakah arti DD yang merupakan TNKB di Sulawesi Selatan? Betulkah DD bermakna Dari Daerah?

Awalnya pemilik kendaraan membuat sendiri pelat nomornya agar tidak tertukar dengan kendaraan milik orang lain.

Yang pertama menerbitkan pelat nomor kendaraan adalah negara bagian Massachusetts dan West Virginia, Amerika Serikat pada tahun 1903.

Sebelum menggunakan logam, pelat nomor kendaraan itu terbuat dari porselen yang dibakar atau keramik biasa yang tidak dibakar, sehingga gampang pecah.

Agar awet, pelat nomor pada kendaraan kemudian dibuat dengan bahan logam.

Bagaimana dengan di Indonesia? Khususnya di Sulawesi Selatan?

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) di Sulawesi Selatan saat ini menggunakan tiga kode yakni DD, DP, dan DW.

Penggunaan kode DD untuk kendaraan yang berasal dari wilayah Makassar, Pangkep, Maros, Gowa, Takalar, Bantaeng, Jeneponto, Bulukumba dan Selayar.

Sedangkan kode DW digunakan untuk kendaraan dari wilayah Bone, Soppeng, Wajo dan Sinjai.

Sedangkan kode kendaraan DP diberlakukan di wilayah Barru, Parepare, Pinrang, Sidrap, Enrekang, Toraja, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur dan Luwu.

Penggunaan kode pelat kendaraan ini dilakukan untuk memudahkan petugas kepolisian dalam melakukan registrasi dan identifikasi (regident) suatu kendaraan.

Tak banyak yang tahu jika kode DD merupakan warisan Kolonial Belanda. Sedangkan kode DP dan DW baru diberlakukan pada 1 Juni 2021.

TNKB dibuat oleh Pemerintahan Belanda seiring dengan semakin banyaknya kendaraan bermotor pejabat di Hindia Belanda yang secara perlahan menggantikan kuda sebagai transportasi.

Menurut Mansyur, peneliti sejarah, pada tahun 1909 plat kenraan yang digunakan berlaku secara internasional dengan kode huruf IN (Indes Neerlandaises).

Selanjutnya, pada tahun 1917 muncullah sistem penomoran yang baru.

Kode nomor baru ini mulai diperkenalkan di Jawa dengan kode huruf warna putih ditambah nomor seri pada pelat hitam.

Sekitar tahun 1920 sistem kode plat ini diperluas ke pulau-pulau lain.

Sejak tahun itu juga, daerah yang menggunakan kode plat sebagai singkatan daerah yang dimaksud hanya dua wilayah yakni B-Batavia (Jakarta), M-Madoera (M).

Sementara daerah lainnya sesuai dengan kode urutan yang ditetapkan Pemerintah Hindia Belanda.

Kemudian terdapat perubahan kode plat yakni CH = Cheribon menjadi E-Cheribon (Cirebon); Kode Plat SB = Soerabaja menjadi L-Soerabaja (Surabaya),” katanya.

Khusus wilayah Kalimantan terdapat dua kode plat yakni menggunakan kode BR-West Kalimantan (Borneo) atau sekarang Kalimantan Barat; DA-South dan East Kalimantan (Borneo).

Adalah Kalimantan bagian Selatan dan Timur; DB-Menado; DD-Celebes; DE Amboina (Ambon); DG-Ternate; DH-Timor; DK-Bali en Lombok.

Inilah kode kendaraan yang diperkenalkan pada tahun tahun 1920 :

A-Bantam (Banten), B-Batavia (Jakarta), D-Preanger, E-Cheribon (Ceribon/Cirebon), G-Pekalongan, H-Semarang, K-Rembang, L-Soerabaja (Surabaya), M-Madoera (Madura), N-Pasoeroean (Pasuruan), P-Besoeki (Besuki), R-Banjoemas (Banyumas), AA-Kedoe (Kedu), AB-Djokjakarta (Yokyakarta), AD-Soerakarta (Surakarta), AE-Madioen, (Madiun), AG-Kediri, BA-West Sumatra, BB-Tapanoeli (Tapanuli).

Kemudian, BD-Benkoelen (Bengkulu), BE-Lampongse district (Lampung), BH-Djambi (Jambi), BG-Palembang, BH-Djambi (Jambi), BK-East Sumatra, BL-Atjeh (Aceh), BM-Riouw (Riau), BN-Banka, BP-Billiton, BR-West Kalimantan (Borneo), DA-South & East Kalimantan (Borneo), DB-Menado, DD- Celebes, DE-Amboina (Ambon), DG-Ternate, DH-Timor, DK-Bali and Lombok, F-Buitenzorg (Bogor), K-Japara-Rembang serta S-Bodjonegoro (Bojonegoro).(alim)

Foto-foto: Tropen Museum

alim tsi

alim tsi